Saturday 20 June 2015

Membaca (2) : Adalah Solusi

Bahagia itu membaca
“Orang yang banyak membaca, maka ia banyak tahu. Setelah tahu, maka akan mudah untuk mencapai sesuatu”.

Seperti pepatah mengatakan “Orang yang malas membaca, maka ia paling dekat dengan kebodohan, kebodohan paling dekat dengan kemalasan. Kemalasan paling dekat dengan kemiskinan”. Dari itu, membaca merupakan perintah khusus kepada manusia untuk mendalami ilmu pengetahuan.

Jika kita bercermin kepada negara tetangga Malaysia, Jepang, Eropa dan China, jauh lebih berkembang dibandingkan negara Indonesia yang jumlah penduduknya mencapai 241.973.879 juta jiwa. Kalau indeks perkembangan membaca di Indonesia hanya 0,009, Sementara kita melihat negara Jepang berindeks 156. Jangan salahkan orang Jepang kalau mereka lebih cerdas dan maju dalam teknologi. Jangan heran kalau produk-produk Jepang dapat menguasai pasar dunia, termasuk Indonesia. Dan jangan marah kalau negara kita sering dikerjain oleh negara Malaysia. Itu karena bangsa kita belum menunjukkan budaya yang peka terhadap ilmu pengetahuan.

Kasus tersebut seharusnnya menuntut bangsa Indonesia agar lebih peka terhadap dunia membaca. Dengan pengetahuan, kita bisa mengetahui dunia. Membaca mengajarkan kita bagaimana mengetahui alam berproses, mengajarkan kita untuk bisa berkembang menuju perbaikan yang baik. Melihat kondisi Indonesia masih pada garis kemiskinan, maka membaca merupakan solusi tepat untuk mengatasi kemiskinan tersebut.

Untuk menuntaskan ketertinggalan bangsa ini dengan negara lain maka ada beberapa solusi yang perlu dilakukan secara bersama pertama meningkatkan budaya membaca sekurang-kurang menyisakan waktu satu jam saja. Jika kegiatan membaca lebih dari satu jam maka lebih baik. Kedua, setiap wilayah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, bahkan sampai di Desa/Kelurahan, harus ada perpustakaannya. Bahkan jika dimungkinkan, lebih jauh lagi bisa sampai tingkat kampung (RT/RW) ada taman baca masyarakat (TBM) di sana. Hal ini agar mendorong masyarakat mencintai membaca melalui ketersedian informasi yang sudah diberikan oleh pemerintah. Ketiga pendidikan orang tua lebih diutamakan. Karena, untuk meningkatkan budaya baca harus dididik sejak usia dini.

Seperti halnya sebuah ungkapan Samual Smele “Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan. Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan. Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter. Taburkanlah suatu karakter, maka kamu akan menuai takdir”

**selesai.

Post Comment

0 komentar:

Post a Comment