Wednesday, 5 August 2015

Insipiratif, Penjual Teh Menulis Buku Best Seller di Amazon.com


Di sela-sela waktunya, seorang penjaja teh dari India menulis sejumlah novel berbahasa Hindi. Buku-buku karangannya kemudian dijual lewat situs Amazon. Nama penjual teh itu adalah Laxman Rao dan baru-baru ini seorang penulis perempuan bernama Anasuya Basu bertemu dengannya di Kota Delhi.

Laxman Rao bukan tukang penjual teh biasa.

Selain menjual teh susu manis yang disukai oleh pelanggannya, ia juga menulis 24 buku berbahasa Hindi.

Warung teh terbuka yang sudah ia daftarkan ke pemerintah kota sebenarnya hanya beberapa potong kayu yang ditaruh di atas bata, beberapa ember air, gelas kertas dan keramik, serta ketel dan kompor gas di trotoar.

Orang tuanya adalah petani di desa di Negara Bagian Maharashtra. Rao pergi ke Delhi--kota penting penerbit buku berbahasa Hindi--pada 1975 dengan mimpi menjadi penulis.

Dia bekerja serabutan sebagai tukang bangunan, pencuci piring di restoran, dan akhirnya membuka toko menjual paan (daun sirih), beedi (rokok gulung), dan rokok beberapa meter dari warung tehnya sekarang. Setelah beberapa tahun, ia lalu berjualan teh karena lebih menguntungkan.

Rao punya gelar sarjana sastra Hindi dan mengikuti program master melalui kelas jarak jauh. Dia bekerja keras untuk bisa menerbitkan bukunya, tapi semua pertemuannya dengan penerbit selalu berujung pada kekecewaan karena tak ada yang mau menjual buku yang ditulis oleh pedagang kaki lima.

Tak menyerah, dia menabung untuk bisa menerbitkan sendiri novelnya pada 1979.

"Penerbit sering sombong terhadap orang-orang seperti kami dan mau uang untuk bisa menerbitkan buku. Saya tak punya uang, dan karena itu, memutuskan untuk mulai menerbitkan buku sendiri," kata Rao.

Naik turun kehidupan, berusaha lepas dari kemiskinan, dan nikmatnya kebahagiaan kecil dalam hidup adalah tema-tema novel, esai politik, serta naskah drama yang ditulis Rao.

Dan karyanya bukannya tanpa pengakuan.




Novelnya yang paling laku, Ramadas terbit pada 1992, membahas kerumitan hubungan guru-murid lewat kisah seorang pelajar muda yang kehilangan arah di Desa Rao dan tenggelam dalam sungai.

Buku yang sudah tiga kali naik cetak tersebut sudah terjual lebih dari 4.000 eksemplar.

Pada 1984, anggota senior Kongres menyebut buku tersebut pada Perdana Menteri Indira Gandhi. Dalam beberapa hari, ia mendapat undangan untuk bertemu dan memberikan buku tersebut ke Perdana Menteri.

"Saya bertemu Nyonya Gandhi pada Mei 1984 dengan membawa dua buku saya. Dia sangat menghargai karya saya dan mendorong untuk lebih banyak menulis. Saya bilang ingin menulis buku tentang dia, tapi beliau berkeras bahwa buku itu harus lebih tentang hasil kerjanya dan bukan tentang hidupnya."

"Dari pertemuan ini, saya menulis esai tentang masa pemerintahannya dari 1969-1972 berjudul 'Pradhan Mantri' (Perdana Menteri) tapi dia sudah ditembak mati sebelum buku itu diterbitkan. Setelah dia meninggal, saya menulis drama tentang hidupnya dan menggunakan judul yang sama dengan esai tersebut," kata Rao.

Kini Rao menggunakan situs daring seperti Amazon dan Flipkart untuk menjual buku-bukunya.

"Buku-bukunya cukup laku di situs kami. Kami senang karena penulis seperti Rao telah menemukan platform untuk menjual buku-bukunya," kata juru bicara Amazon India kepada BBC.

Hitesh, anak laki-laki tertua Rao, bertugas mengelola koordinasi penjualan daring dan laman Facebook si penulis. Meski mendapat hasil penjualan yang baik lewat situs online, Rao tetap bersepeda ke berbagai tempat untuk menjual buku-bukunya. Hal yang sudah ia lakukan selama bertahun-tahun.

Sementara itu di luar kiosnya, gerimis membuat beberapa pelanggan berteduh di bawah pohon ara yang juga melindungi peralatan membuat teh milik Rao.




Tak gentar oleh hujan, Rao membuka pelindung peralatannya dan sibuk merebus air untuk teh.

Para pelanggan setia berkumpul di bawah pohon untuk segelas teh panas dan gorengan.

Setiap harinya, rata-rata Rao menghasilkan 1.200 rupee atau Rp250 ribu dengan menjual 150 gelas teh, cukup untuk menghidupkan api di dapur di flat dua kamar yang ia sewa.

Penulis penjual teh itu telah memenangkan banyak penghargaan dan menerima pengakuan dari mantan Presiden Pratibha Patil. Meski begitu, dia belum diundang ke berbagai festival sastra di India.

"Para penulis melakukan berbagai hal berbeda untuk menjual buku mereka, membuat film, dan serial TV."

"Saya pria sederhana. Semua surat saya dapat dari alamat rumah ini. Buku-buku saya tersedia di perpustakaan sekolah, kampus, dan universitas di kota ini dan saya sering diminta untuk mengajar di berbagai sekolah dan kampus di India. Apa lagi yang bisa saya harapkan sebagai seorang penulis?" kata Rao sambil menyerahkan secangkir teh pada seorang perempuan tunawisma yang sabar menunggu di depan warung.

**Sumber: BBC Indonesia

Post Comment

0 komentar:

Post a Comment