Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 |
Oleh: Teguh Prasetyo Utomo, A.Md. (Koordinator Perpustakaan Daarul Ilmi)
‘Iqra’ (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan Tuhanmu lah yang Paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa sang tidak diketahuinya. (Q. Al ‘Alaq: 1-5)
Rasulullah SAW sebelum menerima wahyu, Ia belum mengenal baca dan tulis. Sedangkan Rasul diperintahkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril untuk memperbaiki ahklak manusia. Namun, Rasulullah mempertanyakan kepada Jibril, bagaimana mungkin Ia bisa melakukan titah tersebut sedangkan Ia tidak bisa membaca dan menulis ? Kemudian Jibril membisikkan kepada Rasulullah “Bacalah”. Di Gua Hira lah wahyu Allah SWT pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu firman Allah SWT yang diawali dengan perintah untuk membaca (Iqra’ ; bacalah).
Bacalah agar dirimu mulia merupakan pesan dari langit kepada seluruh ummat manusia yang telah diciptakan akal dan pikiran. Akal adalah pembeda manusia dengan binatang. Seumpama binatang diberikan akal, pasti mereka juga diperintahkan untuk membaca agar tidak tersesat di hutan belantara. Manusia adalah karya terbesar Tuhan di seluruh alam. Mahakarya Allah SWT tidak bisa jangkau oleh seorang manusia. “Andai seluas gunung, langit dan bumi, maka tidak akan pernah habis kau tulis tentang kekuasaan Allah” begitu perumpaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Selain manusia adalah mahkluk yang paling sempurna diciptakan, maka manusia harus menggunakan akalnya untuk mencapai Ridha Illahi, pencapaian itu takkan terwujud tanpa ada pembekalan ilmu pengetahuan. Yang menjadi masalah adalah sudahkah kita tingkatkan budaya membaca?
Biasanya, orang yang malas dan enggan mencari ilmu pengetahuan sering kali dihadapkan dengan masalah-masalah besar namun belum menemukan solusinya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemalasan tersebut mendorong seseorang yang mau hidup apa adanya bukan apa-apanya. Padahal sudah jelas bahwa “Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS Al-Mujadalah ayat 11).
Malas membaca akan menjadikan pikiran seseorang menjadi “Error” artinya miskin akan ilmu pengetahuan sehingga melahirkan tindakan yang tidak diinginkan seperti mencuri, memaki, dan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Tuhan. “dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang berilmu." (QS Al-Ankabut ayat 43).
Selain itu, gejolak malas membaca juga mempengaruhi kesejahtraan ekonomi rakyat. Pasalnya, mengukur sebuah negara yang maju maka lihatlah seberapa banyak Universitasnya, untuk melihat kualitas Universitas maka lihatlah perpustakaannya (juga untuk mengukur kualitas sebuah sekolah, lihatlah perpustakaannya). Karena perpustakaan adalah sumber ilmu pengetahuan yang mengajak mahasiswa (dan siswa) untuk mencintai dunia membaca. Untuk menjauhi error spanning seperti itu maka kita perlu meningkatkan kualitas diri sebagai ummat manusia agar lebih mencintai ilmu pengetahuan yang dilandaskan dengan keyakinan. Sehingga kualitas diri bisa membentuk ESQ (Emotional Spiritual Qoution - Kecerdasan Emosi dan Spiritual) secara tepat.
*bersambung...
Post Comment
0 komentar:
Post a Comment