Wednesday, 18 March 2015

Sikap Pustakawan Dalam Menghadapi Berbagai Karakteristik Pemustaka

Ustadzah Coiriyah, SIP.
Oleh: Ustadzah Choiriyah, SIP.

Istilah pemustaka menurut pengertian pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Di perpustakaan, pemustaka merupakan salah satu aset / factor yang sangat berharga dan berpengaruh dalam pengembangan jasa pelayanan perpustakaan. Namun yang perlu disadari, ketika sedang melayani, kadang-kadang pustakawan lupa akan fungsinya, yakni berada satu titik dibawah pemustaka. Artinya bila sedang terjadi transaksi, pustakawan sebaiknya menempatkan diri agar timbul keselarasan antara pemustaka dan pustakawan.
Upayakan jangan sampai ada pemustaka yang kecewa, karena sesuatu yang tidak di harapkan. Sehingga dengan adanya keselarasan antara pemustaka dan pustakawan, maka setidaknya mampu meminimalisir terjadinya: potensial customer menjadi lost customer atau bahkan suatu tindakan yang mengecewakan pemustaka akan menjadi promosi yang buruk bagi orang lain. Apalagi untuk perpustakaan sekolah, yang mana memang pemustakanya memang sangat variatif karakteristiknya. Di sini, peran pustakawan sangat dibutuhkan untuk memahami apa yang mereka inginkan dan informasi apa yang mereka butuhkan.

Adapun kebutuhan yang sering ditemui pada pemustaka perpustakaan menurut Fisher (1988) antara lain sebagai berikut:
  • Need for information, merupakan suatu kebutuhan akan informasi yang bersifat umum.
  • Needs for material and facilities, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan buku-buku atau bahan pustaka lain serta kebutuhan akan fasilitas perpustakaan yang menunjang kegiatan belajar.
  • Needs for guidance and support, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk yang memudahkan penggunan mendapatkan apa yang diinginkan.
Dalam upaya memaksimalkan kinerja pustakawan utuk membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan pemustaka, maka seharusnya pustakwan terlebih dahulu mengetahui beberapa karakteristik pemustaka. Sehingga pustakawan dalam menetukan sikap yang positif agar pemustaka merasa puas baik dari proses pelayanannya maupun hasil yang diberikan oleh pustakawan.

Penna (1988) menyebutkan beberapa karakteristik pemustaka sebagai berikut ini:
  • Individual or group, yaitu apakah pemustaka datang ke perpustakaan sebagi individu atau sebagai suatu kelompok.
  • Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan oleh pemustaka untuk membaca buku atau belajar.
  • Social situation, yaitu aspek sosial dari pemustaka.
  • Leisure or necessity factor, yaitu apakah pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu.
  • Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang dialami pemustaka. Dalam artian, apakah dia menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas.
  • Level of study, yaitu tingkat pendidikan pemustaka.
  • Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.
Namun ada berbagai sifat dan karakter pemustaka yang memang harus menjadi perhatian dari pustakawan agar dapat mengahadapinya dengan baik. Menurut Septiyantono (2003) beberapa karakter tersebut dan cara menghadapinya adalah sebagai berikut:
  1. Pendiam. Karakter ini dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya.
  2. Tidak Sabar. Sifat ini dapat dihadapi dengan mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin.
  3. Banyak bicara. Pustakawan dapat mengatasinya dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya.
  4. Banyak permintaan. Cara menghadapinya bisa dengan mendengarkan dan segera penuhi permintaannya serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia.
  5. Peragu. Pustakawan hendaknya memberi kepercayaan, tenang dan tidak memberikan banyak pilihan namun menguikuti seleranya.
  6. Senang membantah. Jika ada pemustaka yang seperti ini, maka hadapilah dengan tenang dan jangan terpancing untuk berdebat.
  7. Lugu. Hadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan.
  8. Siap Mental. Dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terimakasih atas kunjungannya.
  9. Curiga. Pustakawan dapat menghadapinya dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul.
  10. Sombong. Jika ada pemustaka yang memiliki sifat sombong saat berkunjung ke perpustakaan, maka hadapilah dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati.
Oleh karena itu, agar terwujud visi dan misi perpustakaan, maka harus terjalin komunikasi antara pustakawan dan pemustaka sehingga pustakawan mengerti akan kebutuhan pemustaka. Seorang pustakawan hendaknya bias bekerja professional daam menghadapi berbagai macam karakteristik pemustaka harus. Dengan demikian, semua apa yang menjadi kewajiban pustakawan akan bias dilaksanakan, begitu pula dengan hak pemustaka akan bias terpenuhi.

Referensi:

Post Comment

0 komentar:

Post a Comment